Penyakit ini sering disebut the silent killer atau pembunuh senyap karena sering dialami tanpa keluhan.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua, hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, hal ini terjadi pada 90% atau sebagian besar kasus hipertensi.
Hipertensi sekunder. Berbeda dengan hipertensi primer yang tidak diketahui sebabnya, hipertensi sekunder ini dapat diketahui penyebabnya.
Misalnya kelainan pada kelenjar tiroid atau gondok dan mungkin penggunaan KB hormon, kelainan pada ginjal dan kelenjar anak ginjal. Hipertensi sekunder ini terjadi pada 10% kasus hipertensi.
Apabila penyebab hipertensi primer tidak dapat diketahui, ada beberapa faktor risiko yang dapat diketahui turut andil menjadi pendukung terjadinya kondisi hipertensi.
Faktor Risiko Hipertensi;
- Merokok
- Kegemukan
- Stres (tertekan)
- Faktor asupan garam
- Faktor tingkat konsumsi karbohidrat dan lemak
Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah;
Usia
Semakin tua usia seseorang maka risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar terutama di atas 65 tahun. Hal ini disebabkan seiring berjalannya usia, pembuluh darah mengalami perubahan struktur menjadi lebih kaku sehingga cenderung menyebabkan tekanan yang lebih tinggi pada aliran darah di pembuluh
Jenis Kelamin Pria
Mengapa resiko pada laki-laki lebih tinggi? Hal ini terkait oleh pengaruh hormonal
Keturunan (Genetik)
Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Komplikasi Hipertensi
Hipertensi tentu memiliki komplikasi, komplikasi yang sering didapat adalah serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, serta kebutaan. Apakah itu semua berbahaya? Tentu saja. Apakah komplikasi bisa diobati? Bisa, namun butuh waktu dan proses.
Komplikasi dalam Hipertensi
Serangan jantung. Apa itu serangan jantung? Serangan jantung adalah adanya penyumbatan pada pembuluh darah jantung sehingga aliran darah yang mengantarkan zat-zat makanan ke otot jantung menjadi terhambat dan jantung tidak dapat bekerja. Hal ini dapat mengakibatkan kematian dari sel otot jantung.
Gagal jantung. Kondisi tekanan darah yang tinggi secara terus menerus, lambat laun akan membuat otot jantung menjadi melar sehingga jantung membesar.
Lambat laun akan menyebabkan sesak karena ada banyak penumpukan cairan di paru-paru akibat dari kinerja jantung yang tidak maksimal dalam memompa darah.
Gagal ginjal. Tekanan darah yang tinggi lambat laun juga akan merusak pembuluh darah di ginjal sehingga kinerja dari ginjal kita akan memburuk.
Komplikasi lain yang tak kalah menyeramkan adalah serangan stroke. Serangan stroke memiliki dua jenis yaitu stroke penyumbatan dan stroke perdarahan. Pada penderita darah tinggi yang sering terjadi adalah serangan stroke perdarahan.
Hal ini disebabkan karena pembuluh darah di otak yang pecah akibat tekanan darah yang tinggi terus menerus. Seringkali stroke perdarahan berakibat pada kematian.
Sedangkan stroke penyumbatan terjadi akibat endapan lemak yang lepas dari pembuluh darah dan menyumbat pembuluh otak, gumpalan lemak ini sendiri terbentuk dari faktor risiko konsumsi lemak berlebihan ditambah faktor hipertensi. Yang kemudian terjadi adalah timbul keluhan mulut mencong hingga lumpuh sebelah.
Komplikasi lain adalah bisa terjadi kebutaan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang tingi dapat membuat kerusakan pada pembuluh darah di mata yang cenderung tipis dan ringkih
Tanda/Gejala Hipertensi
Seringkali hipertensi tidak memiliki gejala yang khas, oleh karena itu hipertensi memiliki julukan "the silent killer" alias pembunuh dalam yang pendiam.
Namun pada beberapa orang yang mengalami hipertensi sering menunjukan gejala seperti kepala terasa nyeri, terutama di bagian tengkuk, pusing, sering mimisan, telinga berdenging, atau pandangan kabur.
Satu satunya cara untuk meyakinkan bahwa ini merupakan sebuah gejala hipertensi atau bukan adalah dengan memeriksakan tekanan darah menggunakan tensimeter.
Terapi Oksidan Solusinya
Darah yang keluar saat Terapi Oksidan (Oxidant Releasing Therapy/ORT) memengaruhi sistem saraf pusat dan mengaktifkan beberapa sistem analgesia.
Rasa sakit saat Terapi Oksidan merangsang lepasnya neurotransmiter seperti opioid endogen. Zat ini termasuk β-endorphin yang dapat menekan sinyal rasa sakit di sumsum tulang belakang.
Mekanisme lain yang mungkin dapat menjelaskan efek analgesik Terapi Oksidan adalah stimulasi sensorik yang kuat.
Sehingga menghasilkan penurunan rasa sakit selama periode waktu yang bervariasi. Hal ini karena pemblokiran pesan dari saraf sensorik yang membawa impuls nyeri.
Saat darah keluar karena torehan 0,09 mm dan tekanan akan menimbulkan efek pembengkakan pada kulit yang dihisap sehingga menyebabkan pelepasan β-endorphin serta hormon adrencorticalke dalam sirkulasi.
Keduanya sangat membantu dalam menghambat peradangan pada radang sendi. Kesimpulannya, Terapi Oksidan memiliki beberapa kelebihan.
Yakni adanya tanda perbaikan pada kondisi klinis pasien, terutama pada skala nyeri, terapi secara signifikan mengurangi aktifitas penyakit.
Terapi Oksidan juga dapat dikombinasikan dengan terapi konvensional pada pasien yang menderita diabetes mellitus, ginjal, jantung, rheumotoid arthritis, dan penyakit lainnya.