Salah satu penyebabnya karena banyaknya timbunan oksidan atau radikal bebas di dalam tubuh. Mengatasi oksidan ini biasanya dengan pemberian antioksidan yang dikonsumsi secara rutin.
Meskipun begitu, tidak berarti oksidan ini benar-benar hilang dari badan. Oksidan memang harus dikeluarkan. Kalau tidak dia akan menjadi biang onar yang menimbulkan berbagai ketidaknyamanan.
Oksidan muncul karena kekalahan sistem daya tubuh dengan penyerang dari luar tubuh manusia. Sistem daya tahan tubuh terdiri dari leukosit, hormon, dan enzim dikalahkan oleh penyerang dari luar tubuh, seperti bakteri, virus, dan parasit. Akibatnya, daya tahan tubuh pun melemah.
Pemberian antioksidan sebetulnya hanya menjaga agar oksidan tidak bertambah tinggi, tetapi oksidan sendiri yang menjadi biang masalah tidak dikeluarkan dari tubuh.
Di kalangan medis sendiri, lebih mengutamakan pemberian antioksidan ini dibandingkan dengan mengeluarkan oksidannya. Metode untuk mengeluarkan oksidan dari tubuh dikenal dengan nama hijamah atau bekam atau Oxidant Releasing Therapy (ORT) atau Terapi Oksidan.
Di Indonesia metode ini sering disamakan dengan kerja lintah yang menghisap darah manusia. Dalam penelitian, gigitan lintah itu kira-kira 1 milimeter dan kemudian menghisap darah. Prinsip kerja ini tidak jauh berbeda untuk Terapi Oksidan.
Dalam dunia medis, torehan atau bedah minor atau sayatan tipis (syarthah) dilakukan pada titik-titik tertentu. Terapis atau praktisi menentukan Motor Point Therapy (MPT).
MPT yang akan ditoreh harus dibersihkan dengan alkohol dan diberi antiseptik, setelah itu baru dikop (cupping) selama tiga hingga lima menit. Hasilnya, kulit akan menjadi sedikit keras, yang memudahkan untuk ditoreh sedalam 0,09 mm dan sepanjang 0,5 cm.
Pengobatan dengan cara dikop yang dikenal masyarakat Jawa ini sebetulnya berasal dari Bahasa Inggris, cupping. Setelah ditoreh atau dalam Bahasa Melayu dikenal dengan istilah bekam, oksidan dikeluarkan dengan cara dikop lagi.
Metode ini diulang-ulang di atas MPT hingga bersih. Pengobatan bekam atau hijamah berarti torehan darah. Dalam masyarakat Melayu istilah bekam lebih dikenal sebagai pembuangan darah. Oksidan yang keluar ini bercampur dengan berbagai racun tubuh.
Dari pengalaman, pembaca boleh percaya atau tidak. Diabetes tenyata bisa diobati dengan Terapi Oksidan. Belum lama ini seorang pasien datang ke Bengkel Manusia dan mengeluhkan nilai kadar gula darahnya yang cenderung tidak beraturan.
Dia menceritakan selama hampir tiga tahun sudah menjaga pola hidupnya. Baik dengan menjaga makanan, minuman, dan istirahat yang baik. Namun, tetap saja kadar gulanya belum bisa stabil dan bahkan cukup tinggi.
Tidak lama kemudian, pasien tersebut melakukan Terapi Oksidan, Alhamdulillah hasilnya sangat luar biasa. Dari penuturannya, ukuran kadar gula darah mencapai 300 mg/dl atau 400 mg/dl.
Dari penelitian medis, diabetes merupakan penyakit yang bisa menyebabkan berbagai penyakit komplikasi dan berujung kematian. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja dan tidak memandang usia serta jenis kelamin.
Dalam kedokteran konvensional, cara pengobatan diabetes melitus secara mutlak belum tersedia. Pengidap diabetes harus menjalani diet untuk pengaturan asupan kalori ke dalam tubuh dan olahraga teratur.
Kedokteran konvensional membedakan diabetes dalam tipe I dan tipe II. Kedua jenis diabetes ini bisa memicu komplikasi, misalnya stroke, jantung, dan kerusakan ginjal.
Dalam kenyataannya, diabetes tipe I diakui lebih kompleks dibandingkan tipe II. Pada tipe tersebut, sistem pertahanan tubuh justru menyerang dan merusak sel penghasil insulin di pankreas.
Penderitanya akan mengalami kekurangan insulin sehingga memicu tingginya kadar gula darah. Kondisi ini terjadi karena faktor genetik dan infeksi virus. Sedangkan diabetes tipe II disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan. Diabetes jenis ini banyak menyerang masyarakat Asia dan Afrika.
Obesitas, kurang olahraga dan pola makan yang tidak sehat merupakan penyebab utamanya. Dari pengalaman kami, mengobati pasien diabetes dengan kadar gula darah di atas normal, misalnya di atas 300 mg/dl, baik kondisi tubuhnya luka atau tidak, ternyata sangat efektif dengan bekam atau hijamah atau Terapi Oksidan.
Penderita yang memiliki sebagian tubuh luka akibat diabetes, beberapa jam kemudian setelah diterapi mengalami perubahan sangat signifikan. Kadar gula darahnya yang tadinya tinggi tiba-tiba langsung turun. Misalnya sebelum terapi 376 mg/dl, setelah terapi menjadi 276 mg/dl.
Kedua, banyak pasien diabetes yang kadar gula darahnya tinggi sebelum terapi merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari dalam pembuluh darah, terutama pada bagian kakinya.
Ketiga, selama proses terapi oksidan, mereka merasakan nyaman dan denyut nadi dalam tubuhnya berdetak normal. Termasuk salah seorang dokter spesialis yang pernah datang kepada kami karena mengalami diabetes. Dia seakan-akan tidak percaya setelah diterapi seperti ini.
Padahal dokter spesialis tersebut sudah berobat non medis dan hasilnya masih nihil. Alhamdulillah, diterapi sekali, kadar gula darahnya langsung turun drastis.
Di sini menggugah pemikiran kita bahwa apa yang disabdakan Nabi Muhammad yang artinya; “Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah dengan hijamah atau bekam” (HR. Muslim 1577) sangat nyata dan menakjubkan.
Ada ungkapan yang salah di masyarakat kita bahwa diabetes tidak boleh diterapi bekam atau hijamah atau disedot darahnya. Alasan mereka, lukanya akan sulit sembuh. Ternyata ungkapan seperti ini salah kaprah dan ngawur.
Dari pengalaman kami sejak tahun 2005, justru mereka pengidap diabetes yang sebagian tubuhnya membusuk akibat luka yang parah, Alhamdulillah berangsur-angsur mengering. Tidak hanya itu saja, lukanya mengalami penyembuhan dengan baik. Mereka mengalami perubahan hidup yang luar biasa. Subhanallah...!