"Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka, dan dibutakan-Nya penglihatan mereka."
Ditilik dari bahasa Arab, istilah silaturahim berasal dari dua kata, yakni shilah dan rahim. Shilah berasal dari istilah washalayashilu wasl (an) wa shilat (an) yang berarti hubungan. Sementara itu, ar rahim berasal dari ar rahmah (kasih sayang).
Ia digunakan untuk menyebut rahim karena orang-orang yang berkerabat saling berkasih sayang akibat hubungan tersebut. Karena itu, silaturahim bermakna sebagai hubungan kekerabatan.
Ibn Hajar Al 'Ashqalani mengatakan: "Ar Rahim mencakup setiap kerabat. Mereka merupakan orang yang antara dia dan yang lain memiliki keterkaitan nasab, baik mewarisi atau tidak, baik mahram atau selain mahram."
Meski demikian, Prof. Dr. Quraish Shihab melihat silaturahim lebih luas dari itu. Penjelasan ulama tafsir itu bisa kita baca lewat tafsir Al Mishbah pada QS. An Nisa' ayat 1.
Ayat tersebut berbunyi: "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya pasangannya, Allah mengembangbiakkan dari keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (pelihara) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah Maha Mengawasi kamu" (QS. An Nisa' ayat 1).
Quraish Shihab menjelaskan, awal surah An Nisa' ini mengajak agar manusia senantiasa menjalin hubungan kasih dan sayang antarsesamanya. Meski ayat ini turun di Madinah—yang biasanya panggilan itu ditujukan kepada orang beriman, ayat ini mengajak seluruh manusia—beriman dan tidak beriman—demi menjaga persatuan dan kesatuan.
Quraish Shihab pun menjelaskan tentang kata al arham sebagai bentuk jamak dari rahim dalam ayat tersebut. Al arham bermakna tempat peranakan atau berkembang biak.
Dengan demikian, rahim merupakan penghubung seseorang dengan lainnya. Rahim ibu mengandung pertemuan sperma bapak dan indung telur ibu. Dia membawa gen dari nenek dan kakeknya yang dekat atau jauh.
Betapa pun, lewat rahim ini telah terjalin hubungan yang erat. Tepatnya, Allah Azza Wa Jalla menjalinkan hubungan yang erat antarmanusia. Dengan jalinan rahim, seorang akan merasa dekat. Atas nama-Nya, seorang saling membantu dan tolong menolong.
Rahim tergantung di singgasana ilahi (arsy), di sana ia berkata: "Siapa yang menyambungku akan disambung Allah dengan rahmat-Nya dan siapa yang memutuskanku akan diputuskan Allah (rahmat-Nya)" (HR. Muslim melalui Aisyah RA).
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda: "Siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang usianya, hendaklah ia menyambung hubung ar rahim/kekeluargaannya" (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Dari sisi ini, silaturahim menjadi sarana perekat ampuh bagi manusia yang dilahirkan berbeda. Allah Azza Wa Jalla menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Hakikat penciptaan itu membuat manusia saling mengenal.
"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS. Al Hujurat ayat 13).