Kota suci bagi umat Islam di seluruh dunia yang menyimpan banyak misteri adalah Makkah al Mukaramah dan Madinah al Munawarah di Arab Saudi.
Beragam pengalaman spiritual selalu menghampiri para jemaah haji dan umrah selama berada di tanah suci.
Seperti yang dituturkan salah seorang jemaah biro umrah Nettour Batam, Muhammad Candra P. Pusponegoro Al Jubron Fahirro Al Mahdiy.
Kala itu, Jubron berangkat umrah kali ketiga di bulan Ramadan 1433 Hijriah atau Agustus 2012 silam. Pengalaman itu sungguh-sungguh terjadi selama dirinya berada di tanah suci.
“Assalamu’alaikum, Mas. Apa kabar? Semoga sehat selalu,” demikian isi pesan blackberry messenger (BBM) yang dikirimkan kepada Jubron, Senin 26 Agustus 2012, pukul 10.00 waktu Arab Saudi.
Pengirim pesan itu adalah sahabat Jubron, Indah Dwi Kurniati yang kadang-kadang ikut bermukim sama suaminya dinas di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Indah mengisahkan pengalamannya ketika sedang mudik dan berlebaran di kampung halamannya Bandongan, Magelang, Jawa Tengah.
Selanjutnya Indah juga mengungkapkan kepada Jubron bahwa dirinya diterima jadi guru di SD Al Azhar di Cigombong, Bogor, Jawa Barat tanpa melalui tes.
Tentu saja Jubron merasa sangat senang mendengarnya. Lalu Jubron menanyakan mengenai cerita Indah diterima bekerja tanpa melalui tes dan proses seleksi sebagaimana pada umumnya.
“Saya pernah mencoba bertanya-tanya mengenai ada atau tidaknya lowongan kerja untuk posisi guru. Saat itu, sebagian guru yang mengajar di SD Al Azhar menjelaskan bahwa jumlah guru sudah tergolong cukup,” ujar Jubron.
Sehingga pihak sekolah belum menerima lowongan guru. Meski demikian, mereka tetap bersedia menerima surat lamaran kerja, termasuk daftar riwayat pekerjaan (curriculum vitae), begitu kata Indah mengisahkan.
Indah mengisahkan saat dirinya masih kuliah, dia menyempatkan diri menjadi fasilitator anak-anak SD hingga SMA Al Azhar di Cigombong, Bogor Jawa Barat selama satu tahun.
Di antara aktivitas yang ditekuninya saat itu adalah bidang pelatihan dan konsultasi (training and consulting). Rupanya, pengalaman ini menjadi perhatian dan pertimbangan manajemen Al Azhar.
“Beberapa hari lalu, saya mendatangi kantor Al Azhar sambil menyerahkan surat lamaran kerja. Ternyata, saat itu saya sudah ditunggu Kepala Sekolah. Selanjutnya saya bertemu Kepala Sekolah dan diwawancarai sebentar. Saat itu juga saya langsung diterima bekerja menjadi guru,” ujar Indah dengan serius menceritakan pengalamannya kepada Jubron.
Sebenarnya, saat itu Indah sudah bekerja sebagai tenaga pengajar di salah satu kursus bimbingan belajar (bimbel) di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Maklum, ia kadang-kadang bermukim di Banjarmasin karena ikut suaminya bekerja.
Namun rupanya Indah ingin kembali ke Jawa dan menjadi guru di sebuah sekolah. Lantas Jubron menanyakan kepada Indah mengenai pekerjaannya sebagai tenaga pengajar di bimbingan belajar tersebut.
“Apakah kamu akan berhenti sebagai tenaga pengajar di bimbingan belajar itu?” tanya Jubron.
“Pekerjaan itu masih saya lakukan. Sebab pekerjaan sebagai guru baru akan dimulai pada Senin 3 September 2012 mendatang,” jawab Indah.
Kemudian Candra bertanya lagi kepada Indah: “Apakah kamu dapat diterima kerja dengan mudah itu berkat sedekah di Makkah yang dititipkan melaluiku beberapa waktu sebelumnya?”
Indah menjawab singkat: “Ya benar. Insya Allah berkat sedekah yang aku titipkan padamu beberapa waktu lalu itu.”
Pekerjaan baru yang diterima Indah tanpa melalui proses yang rumit itu tentu saja merupakan hasil dari usaha dan doanya selama ini.
Atau dengan kata lain, bukan tanpa suatu proses dan ikhtiar yang dilakukan sebelumnya. Meskipun demikian, ada sesuatu yang menurut Jubron penting untuk dikemukakan kepada pembaca di sini.
Sebab, salah satu usaha dan doa yang dilakukannya adalah bersedekah di tanah suci Makkah al Mukaramah.
Kisah itu berawal pada Jumat 27 Juli 2012 lalu ketika Jubron menunaikan umrah. Ketika itu Indah menitipkan sejumlah uang kepada Jubron agar disedekahkan di Masjidil Haram, Makkah.
Sebelum Indah berangkat kerja, sekitar pukul 11.00 WIT, dia transfer sejumlah uang ke rekening Jubron.
Indah sengaja mengirimkan uang ke dalam rekening Jubron dikarenakan dia (Indah, red) sudah mengetahui bahwa sahabatnya itu akan menunaikan ibadah umrah di bulan Ramadhan 1433 Hijriah.
Umrah tahun itu, Jubron bertolak ke Arab Saudi pada tanggal 28 Juli hingga 11 Agustus 2012.
Ia terbang dari Changi, Singapura, menggunakan pesawat Saudi Arabian Airlines (SAA). Ini merupakan umrah Jubron yang ketiga kali.
Jubron berangkat melalui biro travel umrah dan haji PT. Nettour Batam yang berkantor di Nagoya Business Centre Blok V Nomor 39, Lubuk Baja Kota, Lubuk Baja, Batam, Kepulauan Riau.
Menurut pengalaman Jubron, sebenarnya bukan hanya Indah Dwi Kurniati yang menitipkan sejumlah uang untuk disedekahkan di Makkah.
Melainkan ada juga beberapa sahabat Jubron yang melakukan hal sama, yakni Muhajir Hidayat, Eko Budiyarto, Wahyu Indriyanto, dan M. Agus Siswanto. Mereka berpesan agar uang tersebut disedekahkan setibanya di Makkah atau Madinah.
Setelah melalui perjalanan panjang, maka pada sore hari tanggal 1 Agustus 2012, Jubron menapakkan kakinya di tanah suci, Makkah, Arab Saudi.
Kata Jubron, saat itu dia belum menyedekahkan uang titipan itu. Alasannya, dia harus memilih orang yang tepat untuk menerima uang amanah itu.
Keesokan harinya, Jubron bertemu seorang ustaz, namanya ustaz Haji Solichin dan langsung menyerahkan uang amanah tersebut.
Sambil menyerahkan uang, Jubron menyatakan dengan jelas mengenai siapa pemilik uang tersebut dan tujuannya menitipkan uang.
Salah satunya untuk disedekahkan di Makkah. Sang ustaz paham dengan semua itu. Dia (Ustaz Solichin, red) mendengarkan semua penjelasan Jubron secara seksama.
Menerima uang untuk kemudian disedekahkan tentu saja bukan hal yang baru bagi sang ustaz. Ustaz pun sudah terbiasa melakukan titipan amanah itu di Makkah maupun Madinah.
Selama Jubron menunaikan umrah, sang ustaz senantiasa mendoakan sahabat-sahabat Jubron yang sudah bersedekah.
Sang ustaz mendoakannya secara khusus di depan Ka’bah dengan cara berputar mengelilingi Ka’bah (thawaf) berulang-ulang.
Usai thawaf, Sang Ustaz pulang menuju penginapan. Lalu Ustaz bertanya kepada Jubron mengenai kabar mereka yang sudah bersedekah itu.
Saat itu juga, Jubron langsung mengirimkan pesan melalui BBM kepada mereka yang sudah sedekah dari tanah air.
Umumnya, sahabat-sahabat Jubron yang sudah bersedekah itu mengungkapkan bahwa ada perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupannya.
Seperti Muhajir misalnya, dia mengakui bahwa setelah sedekah dan didoakan langsung di depan Ka’bah langsung diangkat menjadi manajer di perusahaan tempatnya bekerja.
Lalu permintaan Eko Budiyarto juga terkabul. Dia dikarunia anak perempuan yang cantik dan mirip orang Arab.
Selama Jubron berada di tanah suci, sang ustaz tidak pernah berhenti mendoakan sahabat-sahabatnya itu.
Setiap saat selepas pulang dari Masjidil Haram, sang ustaz pun tidak pernah bosan menanyakan keadaan dan perkembangan sahabat-sahabat Jubron.
Utamanya mengenai hajat dan harapan dengan sedekah itu. Harus dipahami, ada beberapa sahabat Jubron yang sudah bersedekah namun belum menerima perubahannya secara langsung.
Tentunya hal itu harus menunggu proses dan waktu. Namun, perubahan ke arah yang lebih baik pasti bakal terjadi.
Ternyata hal ini terbukti saat Jubron menerima pesan BBM dari Indah, sebagaimana yang sudah diceritakan di atas.
Indah tergolong cepat dalam merasakan hikmah bersedekah di tanah suci. Indah memang tidak datang ke Makkah.
Indah hanya menitipkan sejumlah uang kepada Jubron yang sedang menunaikan ibadah umrah.
Jubron pun tidak menyerahkan uang sedekah itu secara langsung kepada fakir miskin, takmir masjid, atau yang lain-lain.
Melainkan menyerahkannya kepada sang ustaz sambil meminta sang ustaz untuk menyerahkannya kepada yang berhak.
Jubron melakukan itu disebabkan dirinya percaya bahwa sang ustaz lebih memahami hakikat bersedekah.
Di samping itu, tentu saja pengalaman dan pengetahuan agama sang ustaz yang jauh di atas Jubron.
“Saya senantiasa berdoa agar sahabat-sahabat yang sudah menitipkan sejumlah uang untuk disedekahkan di Makkah selama bulan Ramadhan 1433 Hijriah kemarin terkabulkan hajatnya sesegera mungkin,” ujar Jubron.
Insya Allah, dengan bersedekah di tanah suci akan terjadi keajaiban-keajaiban yang terkadang sulit diterima akal sehat.
Melalui pengalaman ini, Jubron ingin mengungkapkan sekadar catatan bahwa bersedekah uang Rp 100 ribu di Makkah nilai sedekahnya setara dengan Rp 10 miliar.
Sebagaimana yang diyakini umat Islam, khusus di Makkah al Mukaramah, setiap kali seseorang melakukan kebaikan dan dosa, Allah melipatgandakannya sebanyak 100.000 kali.
Mari kita hitung bersama. Hitungan sederhananya, misalkan seseorang bersedekah uang Rp 100 ribu x 100.000 kebajikan = Rp 10.000.000.000,00 (Rp 10 miliar).
Dengan kata lain, seandainya seseorang bersedekah lebih dari itu maka tinggal mengalikan saja hasilnya. Padahal ini sekadar menitipkan uang kepada orang yang sedang berumrah atau berhaji.
Tentu saja jika para pembaca yang berangkat langsung ke tanah suci akan lebih merasakan sendiri kenikmatan, kelezatan, dan kesyahduannya.
Jika ada di antara kerabat atau tetangga yang akan menunaikan ibadah umrah atau haji maka titipkanlah sejumlah uang agar disedekahkan di Makkah atau Madinah.
Jangan lupa memohon didoakan secara khusus supaya bisa segera berangkat umrah dan haji serta terkabulkan hajat-hajatnya
Mereka yang berada di tanah air bisa menitipkan sedekahnya melalui mereka yang sedang berumrah atau berhaji.
Sedangkan mereka yang sedang berumah atau berhaji dianjurkan bersedekah dari tanah suci dan dikirimkan untuk saudaranya seiman yang berada di tanah air. Wallahu ta’ala a’lam.
Disclaimer:
Pengobatan bekam (hijamah) dan ruqyah Bengkel Manusia Indonesia Yayasan An Nubuwwah Batam buka setiap hari pukul 7:30-20:30 WIB. Layanan darurat khusus pasien kesurupan (kerasukan) iblis, jin, setan, dajjal, atau sihir silakan hubungi call center 24 jam (+62) 813-2871-2147