Beberapa tipe diabetes umum terjadi, seperti tipe 1, tipe 2, diabetes kehamilan, dan pra diabetes. Sementara itu, diabetes tipe 1,5 angka kejadiannya lebih jarang sehingga sering salah didiagnosis.
Diabetes mencapai tingkat penyakt mematikan di seluruh dunia. Tipe yang paling umum, yakni tipe 2, merupakan kondisi gaya hidup. Sedangkan, diabetes tipe 1 termasuk penyakit autoimun.
Jenis diabetes umum lainnya adalah diabetes gestasional, yakni ketika gula darah meningkat selama kehamilan. Lantas, pra diabetes merupakan suatu kondisi yang mendahului diabetes ketika kadar gula darah sangat tinggi.
Lalu, bagaimana dengan diabetes tipe 1,5? Ini adalah diabetes yang berada di tengah antara tipe 1 dan 2. Diabetes tipe 1.5 juga disebut diabetes laten autoimun pada orang dewasa.
Diabetes tipe 1.5 dimulai pada usia dewasa, seperti diabetes tipe 2. Namun, tak seperti tipe 2, diabetes tipe 1,5 tidak dapat dibalik dengan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi.
Penyebab diabetes tipe 1.5 ini adalah kerusakan (abnormal) yang terjadi pada pankreas (pancreas) dari antibodi yang bekerja melawan sel-sel yang memproduksi insulin.
Seperti disebutkan dalam penelitian baru-baru ini, faktor genetik juga mungkin terlibat. Pada diabetes tipe 1.5, sel-sel beta tubuh berhenti berfungsi lebih cepat dibandingkan dengan diabetes tipe 2.
Namun demikian, tipe 1,5 ini kerap salah didiagnosis sebagai tipe 2. Kesalahan diagnosis terjadi akibat gejala dan kondisi diabetes 1,5 hampir sama dengan tipe 2. Padahal, faktor risikonya amat berbeda.
Risiko diabetes tipe 2 ditentukan oleh berat badan yang tidak sehat, tingginya indeks massa tubuh, gaya hidup tidak aktif, dan diet tidak sehat.
Jadi, apabila Anda tidak gemuk, memiliki gaya hidup sehat, dan kebiasaan diet yang sehat, tapi mengalami diabetes, itu kemungkinan besar adalah tipe 1,5.
Menurut penelitian Medical Xpress, suatu tim peneliti lintas institusi yang dipimpin oleh Children's Hospital of Philadelphia (CHOP) Amerika Serikat, telah menemukan ciri khas genetik yang dapat membantu membedakan bentuk diabetes dewasa dengan berbagai karakteristik diabetes tipe 1 (T1D) dari T1D masa kanak-kanak.
Temuan yang dipublikasikan di Diabetes Care pada Desember 2019 itu membawa angin segar untuk meminimalisir salah diagnosis pada penyandang diabetes.
Terapi Oksidan (Bekam) Solusinya
Alhamdulillah dengan bekam metode terapi oksidan pasien-pasien yang menderita diabetes dengan beragam tipe bisa tersembuhkan. Bahkan beberapa kali Bengkel Manusia Indonesia menerapi pasien diabetes yang disertai komplikasi.
Pasien tersebut tidak hanya menderita diabetes, namun menderita ginjal, jantung, dan gangguan fungsi organ lainnya. Termasuk pasien diabetes yang sudah mengalami luka bagian luar juga sembuh seperti sedia kala.
Tentu saja, untuk mencapai kesembuhan itu tidak bisa dilakukan pengobatan sekali namun harus berulangkali sesuai dengan tingkat keparahannya. Selain dengan terapi pasien juga harus mematuhi gaya hidup yang sehat.
Mengapa diabetes dalam tingkat keparahan yang berbeda bisa sembuh setelah diterapi oksidan? Kuncinya adalah keyakinan, berdoa, ikhlas, sabar, dan tawakal serta dibarengi dengan kesabaran yang hakiki.
Jika Anda berobat ke mana-mana belum sembuh dan sehat, bukan berarti tempat kesehatan yang Anda datangi tidak mujarab (hebat). Namun memang karena takdirnya belum sembuh atau tidak berjodoh.
Bagaimana mekanisme diabetes bisa sembuh dengan terapi oksidan? Darah yang dikeluarkan pada saat proses terapi oksidan (Oxidant Releasing Therapy/ORT) memengaruhi sistem saraf pusat dan mengaktifkan beberapa sistem analgesia.
Rasa sakit saat terapi oksidan merangsang lepasnya neurotransmiter seperti opioid endogen. Zat ini termasuk ß-endorphin yang dapat menekan sinyal rasa sakit di sumsum tulang belakang.
Mekanisme lain yang mungkin dapat menjelaskan efek analgesik terapi oksidan adalah stimulasi sensorik yang kuat. Sehingga menghasilkan penurunan rasa sakit selama periode waktu yang bervariasi.
Hal ini karena pemblokiran pesan dari saraf sensorik yang membawa impuls nyeri. Saat darah keluar karena torehan 0,09 mm dan tekanan akan menimbulkan efek pembengkakan pada kulit yang dihisap sehingga menyebabkan pelepasan ß-endorphin serta hormon adrencorticalke dalam sirkulasi.
Keduanya sangat membantu dalam menghambat peradangan pada radang sendi. Kesimpulannya, terapi oksidan metode torehan memiliki beberapa kelebihan.
Yaitu banyak dihasilkan perbaikan pada kondisi klinis pasien, terutama pada skala nyeri, sehingga terapi secara signifikan mengurangi aktifitas penyakit. Terapi oksidan sangat cocok dikombinasikan dengan terapi konvensional.
Terutama pada pasien penderita diabetes mellitus, ginjal, jantung, rheumotoid arthritis, atau penyakit lainnya. Konsultasi lebih lanjut Anda bisa menghubungi (+62) 813-2871-2147.